Renungan Minggu Prapaskah III – Tahun C – 7 Maret 2010
Kel 3,1-8a. 13-15; 1 Kor 10,1-6. 10-12; Luk 13,1-9
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Bagi orang-orang Yahudi jaman Yesus, derita yang dialami seseorang selalu punya hubungan dengan dosa yang pernah dibuatnya. Makin banyak dan berat derita yang dialami, tandanya, banyak dan berat pula dosa yang pernah dibuat orang tersebut. Makanya ketika beberapa orang Galilea dibunuh Pilatus yang lalu mencampurkan darah mereka dengan darah korban yang mereka persembahkan dan ketika delapan belas orang lainnya tewas karena tertimpa menara dekat kolam Siloam, vonis orang-orang Yahudi: mereka adalah para pendosa berat dan nasib sial yang mereka alami, setimpal dengan dosa yang telah mereka perbuat.
Berbeda dengan pandangan orang-orang sebangsa-Nya, bagi Yesus, kematian tragis yang dialami oleh orang-orang Galilea seperti yang diberitakan injil, tidak punya kaitan apa-apa dengan dosa yang telah mereka perbuat. “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?” (Luk 13,2) … “Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?” (Luk 13,4). Kematian mereka bukan disebabkan oleh dosa-dosa yang telah mereka perbuat semasa hidupnya, melainkan karena bencana dan keangkuhan serta kecongkakan para penguasa yang tidak berperikemanusiaan.
Semua manusia adalah orang yang berdosa, tanpa kecuali. Tapi yang membedakan satu manusia pendosa dengan manusia berdosa lainnya adalah apakah setelah berdosa, orang tersebut menyadari kesalahannya, mengakuinya, menyesalinya, lantas bertobat dan mengakukan semua perbuatannya tersebut atau tidak. Mereka yang berdosa dan enggan berbalik dari kesalahan-kesalahannya bahkan menikmati kedosaannya diibaratkan Yesus dengan pohon ara yang tidak mau berbuah meskipun telah dipelihara dan dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Bagi mereka tidak ada pilihan lain selain coba menghasilkan buah ataukah ditebang.
Bila kita tidak mau berbalik dari dosa-dosa kita dan hidup baik dihadapan Tuhan, bukan mustahil apa yang dialami oleh orang-orang yang dibunuh Piliatus dan mereka yang tertimpa menara Siloam akan kita alami juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebelum dosa mendatangkan derita, cepat-cepatlah bertobat. Itu satu-satunya pilihan kita di masa Prapaskah ini.
Comments
Post a Comment