Skip to main content

Pernikahan yang Hampa

KINI getir itu menyelinap semakin kuat. Lewat perabot-perabot yang memantulkan cahaya, lewat lantai yang memantulkan bayang wajahku sendiri, lewat harum bau yang marak, dan beraneka aroma makanan. Rasa getir yang semakin menguat ketika segala bayang-bayang yang berusaha kutepis dan kubuang justru semakin mendekap kuat. Aku tak bisa melakukan apa pun, selain menerima semua kehadirannya dalam seluruh angan, dan membiarkan rasa getir itu menusuk tajam, membuat ngilu di hati, menjebol tanggul mataku, mengantarkan airmata sebagai pertanda ada sesuatu yang tidak bisa tertanggungkan dengan hanya diam.
Sedari awal, aku tahu dan sadar bahwa tidak setiap pernikahan dilandasi oleh cinta. Banyak orang yang kukenal melangsungkan pernikahan justru karena sebab-sebab lain, dan bukan karena cinta. Tapi ketika hal itu harus kualami, berkali-kali aku harus dipaksa untuk mengaku dan jujur pada diri sendiri: ini perbuatan yang nyaris menyerupai kebodohan. Dari dulu aku bersikukuh, apa pun boleh terjadi padaku, tapi jangan sampai aku menikah dengan seseorang yang tidak kucintai.
Aku boleh gagal dalam menyelesaikan studi, aku boleh terantuk-antuk dalam mendapatkan pekerjaan, aku boleh tersendat dalam meniti karier, tapi aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kucintai. Ternyata kenyataan bicara lain, aku sukses dalam menyelesaikan studi, aku lancar dalam mendapatkan pekerjaan dan meniti karier, tapi….ternyata aku harus menikah dengan orang yang tidak kucintai.
Orang yang kucintai itu, sekarang entah di mana. Dulu, ketika aku berhubungan dengannya, aku belum berani menyimpulkan bahwa aku jatuh cinta padanya. Tapi apalagi yang bisa kurumuskan jika segala gerak-geriknya membuatku tertawa dan bahagia, setiap kehadirannya mengukuhkan bahwa aku ada dan selalu merasa rindu ketika baru saja aku menutup pintu untuk melepaskannya pulang dari bertandang. Ia yang mampu membuatku tersungkur, tersedu, merasa hilang segala harapanku ketika kami harus saling meninggalkan. Selepas itu, hari-hari tanpa dirinya adalah rentangan waktu hampa. Dari sana aku menyimpulkan bahwa aku jatuh cinta.
Tapi hidup tidak akan berhenti jika kita tidak berani mengakhiri, dan bagiku, hidup harus terus berlangsung, dijalani, menapakinya dengan pelan tapi pasti sambil terus mengurai harapan dan berandai-andai kelak kami akan bertemu lagi, berjodoh dalam kesempatan di depan dan dalam potensi yang lebih baik. Lalu hadir laki-laki sambil laluku, satu, dua, tiga, empat. Laki-laki yang keempat adalah laki-laki yang besok siang akan menyandingku dalam sebuah prosesi pernikahan yang sejujurnya tidak pernah kukehendaki.
* * *
ORANG-ORANG berlalu-lalang, bau wangi makanan dan kembang menguar dari banyak tempat, tapi tidak ada yang berani mengajakku berbicara. Mereka seakan berpikir, ada yang selalu diresahkan dari setiap pernikahan bahkan ketika terjadinya esok hari. Orang tuaku, saudara dan kerabatku, semua membiarkanku duduk di ruang keluarga dimana segala hal di masa lalu kami tertambat dalam pigura-pigura yang mencoba mengekalkan peristiwa. Ada potret pernikahan orang tuaku, ada potret pernikahan empat kakakku, ada potret-potret wisuda, dan sebentar lagi, akan ada potret pengantinku. Tapi siapakah yang akan menyangka bahwa potret yang kelak akan terpasang itu merupakan usaha untuk mengekalkan sebuah peristiwa yang sangat penting sekaligus sangat getir?
Aku tahu, perpisahan kami menorehkan luka yang nyaris tak tertanggungkan olehnya. Baginya, aku adalah sesuatu yang juga sangat berharga dalam hidupnya. Tapi hidup melakonkan kisah-kisahnya dalam guratan-guratan yang kadang tidak gampang untuk ditengarai, tidak selalu dalam batas hitam-putih yang begitu jelas. Banyak yang lamat, tak terduga, kisah-kisah yang rumit untuk kemudian dijelaskan dalam kalimat-kalimat yang jelas. Jauh di dalam hatiku, aku merasa, ia pun mengharapkan sebuah pertemuan untuk kemudian kembali menjalani hal-hal yang sama-sama kami harapkan.
Segalanya adalah cerita yang biasa dan lazim. Dalam menjalani hidupku dan pendaran harapanku akan pertemuan dengannya, aku masuk dalam tahapan menapaki waktu dengan laki-laki keempatku, laki-laki sambil laluku. Seperti cerita yang cukup lazim pula, ada saat dimana aku lelah dan aku butuh sesuatu, ada saat dimana aku direnggut oleh kekinian demi kekinian yang tidak semuanya bisa dibendung oleh harapan demi harapan. Aku hamil, dan aku harus menikah. Aku masuk dalam satu pintu peristiwa menuju ke sebuah ruang dimana kemudian hampir kebanyakan orang mengalaminya: menikah dengan orang yang tidak benar-benar kucintai.
Aku bangkit, masuk kamar, menutup dengan ragu pintu kamar seperti keraguanku atas pernikahan yang akan berlangsung esok hari.
* * *
ORANG-ORANG dengan wajah yang berbinar mencoba menyaksikan sebuah anak tangga penting, sebuah pernikahan. Kata-kata keramat dan nasihat-nasihat pernikahan diuraikan, lagu-lagu cinta penuh harapan dilantunkan, doa-doa didengungkan, dan aku hanya tertunduk, sesekali melintaskan pandang sambil berusaha menebar senyum, tanpa pernah berani menatap satu per satu wajah orang dengan jeli. Semoga ia tidak ada di tengah-tengah mereka yang hadir……
Janji-janji yang barusan kulafalkan di depan banyak orang, ikrar suci yang dihormati dan dianggap sakral tidak pernah benar-benar muncul dari hatiku. Semua serba hanya untuk kepantasan dan seremonial. Inilah hidup, kecelakaan kecil bisa menjadikan segala yang kita harapkan berbelok jauh. Jauh sekali.
Ratusan tangan bergantian menggenggam, ingin menyampaikan dengan bahasa lain kepadaku untuk mengarungi hidup yang baru. Hidup yang baru? Mungkin maksudnya hidup serumah dengan orang yang tidak kucintai, berangkat dan bangun tidur dalam suasana yang sama, bercinta tanpa sepenuh rasa, beranak-pinak, dan hanya merasa bahwa ini semua sekadar mengisi hidup, bukan untuk hidup itu sendiri. Semakin banyak tangan yang menggenggam memberi ucapan selamat, semakin memberiku ketakutan-ketakutan yang pekat dan bergumpal. Apakah segala permasalahan rumah tangga yang muncul, perselingkuhan demi perselingkuhan juga berawal dari hal-hal seperti ini? Dari sesuatu yang sejak awal aku tahu bahwa ini semua tidak seharusnya dijalani.
Pesta-pesta hampir usai. Hanya kerabat dekat yang tersisa dalam wajah lelah namun nampak bahagia. Kursi-kursi mulai kosong, alat-alat musik mulai dipreteli, suamiku (ah, suami?), semakin erat menggamit pinggangku, seakan ingin terus mengekalkan sebuah peristiwa yang mungkin berharga baginya. Jauh dalam rongga dadaku, rasa sesak semakin memadat, namun juga dengan cepat berganti dengan kekosongan. Rasa hampa yang tidak terisi oleh apa-apa.
* * *
PINTU kamar pengantin tertutup. Belum semua piranti pengantin yang melekat di tubuhku kulolosi, dan ia, suamiku telah menyeretku dalam ranjang yang wangi, memberiku ciuman-ciuman panas dan dengus yang keras. Aku merintih, bukan karena menikmati semuanya, tapi mencoba mendesiskan rasa perih, dan ketakutan-ketakutan yang semakin menuju ke arah yang nyata. Aku harus terus berpura-pura menikmati percintaan yang hampa.
Ia melenguh, orgasme. Semua kembali dingin. Seperti adegan yang sudah-sudah sebelum pernikahan, suamiku mencoba menunjukkan bahwa ini semua tidak sekadar nafsu. Ia mencoba merayu, menyanjung kehebatanku, memberikan sentuhan dan ciuman lembut. Mungkin ia benar-benar mencintaiku, dan berusaha terus untuk mengatakan itu dalam banyak bahasa, sebelum ia benar-benar terlelap dalam lelah dan wajah puas. Seperti yang sudah-sudah, aku mencoba memejamkan mata, menenangkan diri bahwa banyak orang mengalami semua ini. Bukankah memang banyak orang yang menikah tanpa cinta? Selanjutnya, aku hanya bisa dirayapi rasa hampa dan dingin. Api yang dipaksa untuk menyala tanpa bahan bakar yang cukup selalu berakhir dalam gelap yang teramat sangat.
Aku menyalakan hp. Puluhan sms masuk. Masih dalam ucapan selamat yang berbuih dan penuh prasangka akan kebahagiaan. Satu sms masuk tanpa nama: kamu tega sekali…
Aku gemetar. Mataku berkunang-kunang. Ia masih berada di luar sana, sama dengan diriku, akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam kekal kekosongan. Hidup hanya sebatas itu. Sebatas menandaskan sepi yang tidak pernah selesai. Ruang hampa yang tidak bertepi. Dan rasa perih ada di mana-mana. * * *

Comments

Popular posts from this blog

" Foto " 5200 Orang Jadi Model Telanjang Masal

 Kalo di Indonesia seru juga ya..... Fotografer terkenal di dunia dan seniman Spencer Tunick mengubah ikon Sydney Opera House menjadi sebuah instalasi telanjang disebut 'Mardi Gras', bagian dari Sydney Mardi Gras untuk 2010. Kegiatan tersebut diikuti 5200 orang (pria dan wanita) dan semuanya Telanjang alias Bugil. Walaupun katanya mengedepankan unsur 'Seni', tapi yang namanya bugil ya.. tetap bugil...Berikut Foto-fotonya:

Trik Mendapatkan Alamat Email Dari Search Engine

Mempunyai banyak teman di internet adalah sebuah berkah yg luar biasa dan patut disyukuri. Banyak teman banyak rezeki, itu istilah yang tepat. Tapi sebanyak-banyaknya teman, contohnya di Facebook, paling-paling juga hanya bisa ratusan. Tetapi kalau kita orang yang beken dan punya tampang spt artis, itu perkara lain. Tapi kalau kita yang hanya “wong cilik”, nampaknya sebuah mimpi mempunyai ribuan “fans”. Banyak teman biasanya diikuti dengan banyaknya alamat email yang dikoleksi dari mereka. Alamat email yg banyak merupakan sebuah aset yg sangat berharga. Satu email bisa menghasilkan $1-$10 jika dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. Masalahnya jika anda mengalami kesulitan untuk mendapatkan alamat email yang banyak dari teman-teman, saya punya kiat alias tips atau bahkan boleh dibilang sebuah trik. Tips dan trik yg saya kenalkan untuk mendapatkan alias mengumpulkan alamat email yg saya ajarkan sangat sederhana, cara untuk mencari dan mendapatkan alamat email kali ini pasti

Contoh Diet Karbo - Diet Karbohidrat Rendah

Diet karbohidrat (karbo) merupakan jenis diet yang menekankan pada pengurangan asupan karbohidrat dalam tubuh. Beberapa contoh diet karbohidrat yang populer adalah: Diet Keto: Diet ini melibatkan mengurangi asupan karbohidrat hingga hanya 5-10% dari total kalori harian dan meningkatkan asupan lemak hingga 70-80% dari total kalori harian. Diet ini bertujuan untuk memaksa tubuh memasuki keadaan ketosis, di mana tubuh membakar lemak sebagai sumber energi utama. Diet Paleo: Diet ini menekankan pada makanan yang mirip dengan yang dikonsumsi oleh manusia purba, seperti daging, ikan, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Diet ini biasanya rendah karbohidrat, tetapi bukanlah diet karbohidrat yang sangat ketat seperti diet keto. Diet Atkins: Diet ini melibatkan fase pertama yang sangat ketat, di mana asupan karbohidrat dibatasi hanya hingga 20 gram per hari. Fase ini diikuti oleh fase-fase yang lebih fleksibel, tetapi tetap membatasi asupan karbohidrat. Diet ini bi