Renungan Minggu Prapaskah I – Tahun C – 21 Februari 2010
Ul 26, 4-10; Rm 10,8-13; Luk 4,1-13
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Bacaan Injil hari ini berbicara tentang pencobaan Yesus di padang gurun. Berbeda dengan penginjil Markus yang tidak mengatakan berapa kali Yesus dicobai dan dalam hal-hal apa saja Dia diuji, dalam dua Injil lainnya, Matius dan Lukas, kita tahu, bahwa Yesus dicobai sebanyak tiga kali.
Setelah berpuasa selama 40 hari dan 40 malam, laparlah Yesus. Dan iblis tahu hal itu. Dengan cerdiknya dia manfaatkan situasi ini, dan katakan kepada Yesus: „Kalau Engkau benar-benar Putera Allah, suruhlah batu-batu ini menjadi roti.“ Sebagai Putera Allah, merubah batu menjadi roti tentu bukan merupakan pekerjaan yang susah. Segampang orang membolak-balikkan telapak tangan, demikian juga merubah batu menjadi roti, bagi Yesus. Sangat mudah. Tetapi apakah Yesus begitu saja menuruti bujuk rayu si iblis? Sebaliknya, Yesus malah katakan: “Manusia hidup bukan dari roti saja.” Pencobaan pertama gagal.
Tapi Iblis belum putus asa. Kalau Yesus tidak mempan dicobai dengan makanan, siapa tahu Dia akan tergiur kalau ditawari dengan urusan kenikmatan dan kesenangan. “Aku akan menyerahkan seluruh kerajaan yang ada di dunia ini kepada-Mu, hanya dengan satu syarat, kalau Engkau mau menyembah aku.” Yesus cuma perlu berlutut sejenak di depan iblis dan seluruh dunia akan menjadi milik-Nya. Sangat gampang. Tapi apa yang dilakukan oleh Yesus? Dengan mengutip Kitab Suci Yesus mengecam Iblis: “Ada tertulis, Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Sikap Yesus sangat tegas. Makanya, pencobaan keduapun gagal.
Meskipun begitu, iblis belum mau menyerah. Masih ada satu kesempatan lagi dan dia akan gunakan itu dengan sebaik-baiknya. Yesus ogah ditawarin makanan dan tidak tergiur dengan kesenangan duniawi. Tetapi, bagaimana kalau Dia disodorin dengan kekuasaan? Tidak mau kalah dengan Yesus, iblis pun mengutip Kitab Suci: „Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkah malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi-Mu.“ Siapa dari antara kita yang tidak panas hati bila ditantang untuk membuktikan dan menunjukkan kuasa yang kita miliki? Tanpa bantuan malaikat-malaikatpun Yesus dapat terjun dari atas bubungan Bait Allah ke bawah tanpa cedera. Itu pekerjaan gampang buat Dia. Tetapi, apakah Yesus menuruti permintaan tersebut? Dengan sangat keras Yesus sekali lagi mengecam sekaligus mengusir iblis pergi: “Janganlah sekali-kali engkau mencobai Tuhan, Allahmu.” Iblis salah duga. Rupanya Yesus tidak mudah diajak berkompromi, apalagi dijadikan partner. Dan pencobaan ketigapun kembali gagal.
Tiga kali Yesus dicobai iblis di padang gurun dan tiga kali pula dia pergi dengan tangan hampa. Membaca dan mendengar kisah ini, pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa Yesus membiarkan diri-Nya dicobai? Apa untungnya bagi Yesus untuk mengalami semuanya itu?
Sangat mungkin bahwa pencobaan yang dialami oleh Yesus adalah lambang dari seluruh perutusan-Nya. Perutusan Yesus adalah untuk mewartakan Injil Allah. Yesus memberitakan Allah dan beritanya itu terjadi bukan saja melalui kata-kata tetapi juga melalui perbuatan nyata. Dan makna dari seluruh perutusan-Nya terangkum dalam seruan-Nya: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”.
Kita memulai masa Prapaskah dengan mendengarkan seruan Yesus: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Orang-orang menafsirkan bahwa perutusan Yesus di dunia ibarat suatu perjalanan melalui padang gurun. Kita tahu apa dan bagaimana padang gurun itu. Perjalanan melewatinya merupakan perjalanan yang sangat sulit dan akan ada begitu banyak tantangan. Masa prapaskah kita dapat dilihat pula sebagai suatu masa pencobaan, masa dimana kesetiaan kita kepada Allah diuji. Masa prapaskah kita adalah masa perjuangan melawan kekuatan iblis. Sama seperti Yesus, kitapun akan dicobai. Kepada kita akan ditawarkan kekuasaan, kehormatan dan kedudukan, asalkan kita mau berpaling dari Tuhan. Kepada kita iblis akan menyodorkan berbagai kenikmatan duniawi dan kepuasan jasmani, asalkan kita mau meninggalkan iman dan kepercayaan yang kita milik.
Kita bertanya, menghadapi berbagai godaan tersebut, bagaimana seharusnya kita bersikap dan siapakah yang dapat menolong kita untuk mengalahkan kekuasaan iblis? Pendapat saya, tidak ada yang bisa membantu kita untuk mengalahkan iblis selain Yesus sendiri. Karena itu, kita tidak perlu takut. Mengapa demikian? Yesus telah mengalahkan iblis sebanyak tiga kali, dia pasti akan mampu juga membantu kita setiap kali kita dicobai. Asalkan, kita mau mendengarkan seruan-Nya: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injl”.
Kita semua sudah sering mendengarkan seruan Yesus ini. Persoalannya, apakah kita sungguh-sungguh telah bertobat dan benar-benar mau percaya kepada Dia? Bila belum, masa Prapaskah ini adalah masa yang paling tepat untuk Bertobat dan percaya kepada Dia.
Comments
Post a Comment