Renungan Minggu Paskah IV – Tahun C – 25 April 2010
Hari Minggu Panggilan
Kis 13,14.43-52; Why 7,9.14b-17; Yoh 10,27-30
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Dalam bacaan Injil hari ini, kepada orang-orang yang mengikuti-Nya, Yesus katakan bahwa Dia adalah Gembala yang baik. Bagi orang-orang yang hidup sejaman dengan Yesus, tidak ada problem yang besar untuk bisa mengerti apa yang Yesus maksudkan, karena pekerjaan sehari-hari kebanyakan dari mereka adalah menggembalakan ternak. Tapi bagi kita yang hidup ribuan tahun kemudian, yang tidak pernah tahu dan melihat: binatang macam apakah domba itu, tentu agak sulit untuk bisa sungguh-sungguh mengerti dan memahami apa arti dan maksud perumpamaan Yesus tersebut.
Tugas utama seorang penggembala adalah selain mencari makan buat ternak-ternaknya, juga harus mampu menjaga ternak tersebut dari serangan binatang buas atau dari incaran seorang pencuri. Seorang gembala yang baik harus mengenal domba-dombanya dengan nama mereka masing-masing. Jika tidak, dia tidak akan pernah bisa menuntun kawanan dombanya untuk mencari makanan dan minuman. Mengapa begitu? Karena domba-domba biasanya hanya mau mengikuti suara dari orang yang mereka kenal. Dan supaya domba-domba ini aman dari serangan pencuri, seorang gembala yang baik harus membuat kandang untuk mereka.
Pernah suatu kali seorang turis dari eropa datang ke timur tengah. Waktu mengunjungi suatu daerah peternakan, si turis tersebut terheran-heran melihat kandang-kandang domba yang ada di sana. Kandang-kandang itu dibangun dari susunan batu yang dibuat melingkar. Dan setiap kandang mempunyai satu lubang atau gerbang atau pintu tepat di bagian tengahnya, sebagai tempat keluar masuknya domba. Tetapi anehnya, gerbang itu, tidak mempunyai daun pintu yang bisa melindungi domba-domba itu dari serangan binatang buas pada malam hari. Dengan rasa penasaran si turis itu bertanya, mengapa gerbang kandang domba itu tidak mempunyai daun pintu? Dengan tenang si gembala itu tanpa ragu-ragu menunjuk pada dirinya sendiri, seolah-olah dia mau katakan: „Akulah pintu kandangnya“.
Rupanya pada malam hari, si gembala berjaga di mulut pintu kandang itu, sehingga tidak ada seorang pencuri atau binatang buas yang bisa masuk ke kandang itu tanpa diketahuinya.
Seorang gembala yang baik memang harus siap memberikan hidupnya untuk domba-domba gambalaannya. Itulah sebenarnya yang Yesus maksudkan ketika Dia katakan bahwa Dia adalah Gembala yang Baik. Sebagai Gembala yang baik, Dia mengenal dan memanggil kita domba-dombaNya, satu persatu dengan nama kita masing-masing. Dia turut merasakan suka dan duka hidup setiap kita, domba gembalaan-Nya. Dia bahkan rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menyelamatkan hidup kita. Yesus menyebut diri-Nya bukan saja Gembala yang Baik, tetapi juga pintu menuju domba-dombaNya. Dengan kalimat ini Yesus mau katakan bahwa Dia adalah satu-satunya penyelamat umat manusia, dan tidak ada yang lain selain Dia.
Hemat saya, merupakan suatu pengalaman iman yang sungguh luar biasa bahwa di dalam hidup dewasa ini, ketika martabat kita sebagai manusia kadang kurang dihargai dan dihormati, ketika banyak dari antara kita yang diperlakukan hanya sebagai alat, sebagai nomor, kita masih boleh mengalami Yesus yang mengatakan bahwa Aku memanggil setiap kamu dengan nama kamu masing-masing. Dewasa ini ada begitu banyak orang yang merasa kesepian dalam hidunya. Banyak anak yang ditinggal pergi begitu saja oleh orang tuanya, ada tidak sedikit anak yang kabur dari rumah orang tuanya hanya karena keinginannya tidak dikabulkan. Ada begitu banyak orang muda yang merasa tidak disapa dan tidak dianggap di lingkungan tempat tinggalnya. Ada begitu banyak bapak yang merasa sepi di tempat kerjanya, karena merasa diperlakukan seperti sebuah robot, tanpa nama, tanpa arti. Ada begitu banyak ibu yang merasa sepi dan tidak tersapa dalam rutinitas pekerjaan rumah tangga, yang sering monoton dan membosankan. Ada begitu banyak orang yang tinggal di rumah-rumah jompo, yang merasa diri ditinggalkan oleh anak-anaknya dan merasa diri mereka sama sekali tidak berarti lagi. Singkatnya, di dunia kita dewasa ini, ada begitu banyak orang yang merasa sendirian dan tidak berarti. Dalam situasi sepi seperti ini, sebagai orang yang beriman, kita boleh percaya bahwa kita tidak sendirian. Yesus, Tuhan kita, Dia yang adalah Gembala dan Pintu kandang pasti akan senantiasa memperhatikan kita. Dia pasti akan selalu menjaga kita. Untuk itu, yang dibutuhkan dari kita hanyalah iman dan percaya kepada Dia.
Gambaran Yesus sebagai Gembala yang baik mau katakan kepada kita dua hal:
Pertama: Perhatian dan cinta Tuhan kepada kita manusia adalah sungguh-sungguh ikhlas. Untuk itu Dia bahkan rela menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk menyelamatkan kita.
Kedua: Perhatian dan cinta Tuhan kepada kita itu sifatnya sangat pribadi, sangat personil. Ia tidak mencintai kita secara massal, secara umum, tetapi secara khusus dan pribadi. Dia tidak melihat kita hanya sebagai nomor, sebagai alat, tetapi sebagai pribadi yang sungguh-sungguh berarti di mata-Nya. Dia mengenal kita domba-dombaNya, dengan nama kita masing-masing.
Kenyataan bahwa kita dicintai oleh Yesus secara luar biasa ini hendaknya membuat kita semua berbahagia dan bersyukur, bahwa meskipun terkadang kita dilecehkan dalam kehidupan kita, tetapi toh masih ada Dia yang selalu memperhatikan kita. Sekali lagi, kita mesti berbahagia dan bersyukur karena itu dan sebagai ungkapan bahwa kita sungguh-sungguh bersyukur, marilah kita bagikan kebahagiaan yang kita miliki itu kepada semua orang yang ada di sekitar kita, agar merekapun merasakan kebahagiaan yang sama, seperti yang kita rasakan. Itulah yang menjadi tugas dari masaing-masing kita sekarang.
Comments
Post a Comment