2 Raj 4: 42-44; Ef 4: 1-6; Yoh 6: 1-15
Hari Ulang Tahun Paroki St. Arnoldus Janssen yang ke-30
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang sampai kenyang adalah salah satu mukjizat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Ada banyak pesan yang dapat dipetik dari kisah dalam Injil Yohanes ini. Salah satu diantaranya: Yesus datang ke dunia bukan saja untuk membebaskan jiwa manusia dari cengkraman kuasa jahat tetapi juga untuk memberi kelegaan dan kepuasaan bagi jasmaninya yang haus dan lapar. Yesus diutus Bapa-Nya bukan saja untuk melulu mengurus hal-hal rohaniah manusia, tetapi juga untuk memperhatikan kebutuhan jasmani mereka. Dua-duanya sangat penting bagi Yesus. Itulah sebabnya mengapa Dia tidak mau membiarkan para pendengar-Nya pulang begitu saja dengan perut kosong. sebaliknya, Dia malah mewajibkan para murid-Nya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka. Sesuatu hal yang hampir mustahil dilakukan. Bagaimana mungkin dengan bekal hanya lima potong roti dan dua ekor ikan Petrus dan kawan-kawannya dapat memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak?
Namun apa yang tidak mungkin di mata manusia, mungkin bagi Allah. Dengan kuasa dan berkat yang diterima-Nya dari Bapa-Nya, lima potong roti dan dua ekor ikan berubah menjadi makanan yang berlimpah-limpah banyaknya, yang cukup untuk mengenyangkan semua mereka yang hadir pada saat itu.
Sama seperti para murid Yesus, kita, manusia, sering berpikir bahwa apa yang terbatas, apa yang jumlahnya sedikit, tidak akan mungkin berhasil. Makanya kita jarang mau membantu orang lain yang membutuhkan, karena menganggap bahwa apa yang kita miliki belum cukup banyak untuk menolong mereka. Harta dan kekayaan kita terlalu sedikit untuk dibagikan kepada orang-orang yang berkekurangan. Nanti tidak akan cukup buat kita dan mereka. Padahal yang paling penting ketika kita hendak membantu orang lain bukanlah sarana yang hebat, bukanlah pemberian yang banyak dan berlimpah-limpah melainkan kesungguhan hati kita untuk mau dan rela berbagi dengan mereka. Yang diperlukan pada saat hendak menolong orang lain adalah keterlibatan pribadi kita untuk mengerti situasi hidup dan mengetahui apa yang mereka butuhkan. Perhatian dan kesedian kita untuk berbagi jauh lebih penting dari pemberian itu sendiri.
Yesus selalu melakukan mukjizat dengan bertitik tolak dari yang sedikit. Hanya dengan lima roti dan dua ekor ikan. Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mengenyangkan ribuan orang. Kitapun hendaknya belajar dari Dia. Mulai membantu sesama dan mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan kita, dengan apa yang kita miliki, dengan „hanya sedikit“ yang kita punyai dalam kehidupan kita.
Comments
Post a Comment