Renungan Hari Minggu Biasa XI – Tahun C
13 Juni 2010
2 Sam 12,7-10.13 / Gal 2,16.19-21 / Luk 7,36-8,3
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Ketika masih di SD dulu, salah satu kebiasaan saya kalau ada waktu luang adalah membaca Kitab Suci. Salah satu bagian Kitab Suci yang paling saya sukai adalah Kitab Suci Perjanjian Baru, khususnya ceritera-ceritera tentang yesus. Ada banyak kisah yang menarik tentang yesus. Bagaimana Dia dilahirkan, bagaimana Dia hilang di Yerusalem ketika kecil, dan waktu dewasa, saat Dia mewartakan kerajaan allah. Ada dua kesimpulan yang saya dapat waktu itu setelah membaca ke-4 Injil:
Yang pertama: Yesus adalah seorang pribadi yang suka bepergian. Benar, Yesus ‘suka jalan-jalan’. Tidak pernah ditulis dalam Kitab Suci bahwa Yesus tinggal begitu lama di suatu tempat. Dan itu Yesus lakukan tiap hari, selama tiga tahun. Bayangkan, berapa banyak kilometer yang sudah Yesus jalani selama hidup-Nya. Akan tetapi, meskipun Yesus suka bepergian, jalan-jalan-Nya itu ada gunanya. Untuk apa Dia berjalan setiap hari dari satu tempat ke tempat lain, dari satu desa ke desa yang lainnya? Jawabannya sederhana. Dia melakukan itu semua untuk mewartakan Kerajaan Allah, Dia mewartakan kabar gembira, bahwa penyelamatan sudah datang.
Ketika datang ke suatu tempat, Yesus bukan saja membawa kabar sukacita, Yesus tidak saja mengajar orang banyak tentang bagaimana seharusnya mereka hidup dihadapan Tuhan dan sesama, tetapi Dia juga menyembukan begitu banyak orang yang datang kepada-Nya. Dia menyembukan orang yang sakit kusta, wanita yang mengalami pendarahan Dia tahirkan, orang yang kerasukan roh jahat Dia selamatkan, dan sebagainya. Luar biasa apa yang dibuat Yesus selama tiga tahun di Israel.
Kesimpulan kedua, yang masih punya kaitannya dengan Yesus yang suka bepergian: Ketika Yesus berjalan dari satu kota-ke kota lainnya, Dia tidak pernah berjalan sendirian. Selain kedua belas murid-Nya, Yesus juga ditemani oleh para perempuan. Kitab Suci tidak menyebutkan secara jelas apakah para perempuan itu selalu ikut kemanapun Yesus pergi, tetapi yang pasti, dimanapun Yesus berada, di situ mereka ada.
Pertanyaannya: mengapa para perempuan itu selalu ingin berada bersama Yesus? Pertanyaan selanjutnya: Kalau mereka selalu berada bersama Yesus, lalu siapa yang akan mengurus keluarga mereka? Para perempuan ini selalu ada bersama dengan Yesus karena mereka ingin melayani Yesus. Mereka ingin agar Yesus dan murid-murid-Nya mendapatkan makanan dan minuman yang cukup, supaya mereka kuat dan tetap fit waktu mewartakan kabar gembira Tuhan. Hal yang sederhana yang dilakukan oleh para perempuan itu, jarang ditulis di dalam Kitab Suci, tetapi mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi karya pewartaan Yesus. Dengan kekayaan yang mereka miliki, para perempuan itu menjamin hidup dan karya Yesus dan murid-murid-Nya.
Pertanyaannya tetap sama: Mengapa mereka mau melakukan semua itu? Mengapa mereka rela membelanjakan begitu banyak harta untuk melayani Yesus dan murid-murid-Nya?
Jawaban atas pertanyaan ini kita temukan dalam awal injil hari ini. Jika seseorang sudah merasakan sentuhan tangan Yesus, jika seseorang sudah ‘ditangkap’ oleh kuasa Tuhan, jika seseorang sudah merasakan kebaikan dan uluran tangan Allah, bila seseorang sudah mengalami pengampunan total dari Tuhan dan ia diterima kembali sebagai seorang anak, jika seseorang sudah dibebaskan dari semua belenggu yang mengikatnya, jika seseorang sudah dilepaskan, disembuhkan dari semua penyakit dan penderitaan yang dialaminya, jika seseorang sudah mengalami indahnya cinta dan kasih Tuhan, percayalah, dia akan rela melakukan apa saja untuk membalas kebaikan dan cinta Tuhan itu. Apa saja akan dilakukannya, tidak peduli apakah yang dibuatnya itu masuk akal ataupun tidak. Dia akan rela menyerahkan seluruh harta dan bahkan nyawanya sekalipun.
Para perempuan dalam injil memberikan apapun yang mereka miliki untuk kepentingan Yesus dan murid-muridnya tanpa pamrih. Si perempuan pendosa bahkan rela merendahkan dirinya, ia tidak peduli dirinya dicemoohkan banyak orang dan membiarkan dirinya dicela. Ia tidak peduli akan semua itu. Dengan keyakinannya, dengan kepercayaannya yang luar biasa, dia datang kepada Yesus, membasuhi kaki-Nya dengan air mata penyesalan, menyekanya dengan rambutnya sebagai tanda pertobatan dan meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi sebagai tanda terima kasih dan cinta yang tak terhingga kepada Tuhan yang bersedia mengampuninya dan menerimanya kembali sebagai seorang anak. Siapa di antara kita yang sanggup melakukan itu? Bila kita sudah merasakan indahnya jamahan tangan dan belaian Tuhan, apapun akan kita lakukan dan pasrahkan untuk Dia.
Para perempuan dalam bacaan injil hari ini sudah membuktikan itu. Semoga teladan mereka yang selalu setia melayani Yesus dan murid-murid-Nya, mengilhami kita untuk berbuat yang sama dalam hidup harian kita. Amin.
Comments
Post a Comment