Ubi Petrus, Ibi Ecclesia (Di mana Petrus, di situ Gereja)

Hari Minggu Biasa XXI – Tahun A – 21 Agustus 2011

Yes 22,19-23; Rom 11,33-36; Mat 16,13-20

oleh: Rm. Victor Bani, SVD

Kita semua tentu mengenal St. Petrus. Dia adalah salah satu dari kedua belas orang yang dipanggil Yesus untuk mengikutiNya secara lebih dekat. Dan diantara kedua belas orang itu, Petrus adalah rasul yang paling mencolok. Dia adalah pemimpin para Rasul dan kepadanya diserahkan kunci kerajaan surga.

Pertanyaannya, apa sich keistimewaan Petrus sehingga Yesus mempercayakan banyak hal kepadanya? (Padahal, dalam Kitab Suci, kita temukan begitu banyak kisah negatif tentang Santo yang satu ini) Tapi kenapa Yesus tetap mempercayainya?

Dalam bacaan injil hari ini Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, siapakah Dia, menurut pendapat banyak orang. Karena perkataan dan apa yang telah dilakukanNya kepada orang banyak, ada yang menyebut Dia sebagai Elia, ada yang mengiraNya Yeremia atau salah seorang Nabi dari jaman dahulu, bahkan ada yang menganggapNya sebagai Yohanes Pembaptis yang telah bangkit kembali.

Namun bagi para ‘musuh’ Yesus, bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Dia adalah seorang pengacau dan penghasut. Dia adalah modernist berbahaya dan pengkotbah yang harus dijauhkan dari masyarakat. PengaruhNya di tengah orang-orang Yahudi sungguh mengkuatirkan dan sepak terjangNya membahayakan keselamatan bangsa dan agama Yahudi. Itulah Yesus bagi mereka.

Terlepas dari semua pendapat di atas, yang memihak maupun yang menolak Yesus, bagi Petrus, Yesus adalah Mesias, Dia adalah Kristus, Putera Allah yang hidup. Dia adalah Yang dinanti-nantikan kedatanganNya oleh seluruh bangsa Israel. Dia adalah Penyelamat dan Orang yang diharapkan dapat membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Itu pendapat spontan Petrus. Dan justeru karena pendapat inilah Yesus mengangkat dia menjadi pemimpin para Rasul. „Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku… Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan surga. Apa yang engkau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang engkau lepaskan di dunia ini, akan terlepas di surga.“

Kepada Petrus, Yesus memberikan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar. Di atas Petrus, di atas ‚batu karang‘ ini, Yesus akan mendirikan jemaatNya dan kepadanya Yesus akan memberikan kunci kerajaan surga. Begitu besar kepercayaan yang Yesus berikan kepada dia. Seperti yang saya sampaikan di atas, di dalam Kitab Suci kita temukan begitu banyak kisah yang cukup negatif tentang Petrus. Salah satu contohnya ditemukan dalam Markus bab 14.

Pada perjamuan malam terakhir Yesus katakan kepada murid-murid-Nya bahwa sebentar lagi Dia akan ditangkap, disiksa dan dibunuh, dan itu akan menggoncangkan iman mereka. Tapi apa kata Petrus? „Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.“ Lalu apa jawab Yesus? „Pada malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.“ Dan Petrus memang benar-benar mengkhianati Yesus. Dia menyangkal gurunya dihadapan begitu banyak orang, tiga kali seperti yang difirmankan kepadanya.

Petrus telah mengkhianati Yesus. Dia sudah menyangkal GuruNya dan lari meninggalkan Dia sendirian, di saat dia dibutuhkan. Tetapi kenapa Yesus tetap mempercayai dia untuk memimpin murid-murid yang lain, mengapa Yesus tetap mau mendirikan jemaatNya di atas dia dan memberikan kunci kerajaan surga kepadanya. Di sinilah letak luar biasanya Petrus. Setelah menyangkal Yesus tiga kali, dia berani mengakui kesalahannya itu, Petrus sungguh-sungguh menyesal atas apa yang telah dilakukannya dan datang kembali kepada Tuhan untuk meminta ampun. Di sini kita melihat kebesaran hati Petrus. Dia bukan malaikat, dia bukan manusia yang tanpa salah. Dia lemah seperti murid-murid yang lainnya. Dia rapuh sama seperti kita.

Dan dia akui semua kekurangannya itu. Dia menerima semua kelemahannya dan pasrah kepada Yesus, Tuhannya.

Dan Yesus melihat ketulusan hati Petrus. Yesus tidak menghukum dia karena apa yang telah diperbuatnya, tapi membiarkan dia belajar dari kesalahannya. Yesus menerima Dia kembali dan bahkan tetap mempercayakan jemaat dan kunci kerajaan surga kepadanya. Dan Petrus tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua yang Yesus berikan kepada dia. Sejak saat itu dia menjadi pengikut Kristus yang sejati, dia menjadi pewarta yang tangguh, yang berani menyuarakan kebenaran dan membela orang-orang kecil, seperti yang dipesankan dan dilakukan sendiri gurunya. Dia menjadi murid yang baik dan taat dan setia menjalankan semua amanat Tuannya. Dia dengan tulus hati melayani jemaat yang didirikan di atasnya dan memberikan nyawanya untuk mempertahankan gereja yang dipercayakan kepadanya.

Santo Petrus telah memberikan teladan yang luar biasa kepada kita. Dia lemah seperti kita, dia punya salah seperti kita, dia berdosa seperti kita, tapi itu semua tidak membuat dia kecil hati dan putus asa. Dengan besar hati, dia akui semua itu, dia insyaf, dia khilaf, dia datang kembali kepada Tuhan dan meminta ampun. Dan karena kesungguhan hatinya, dia mendapat pengampunan.

Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mau dan berani datang kepada Tuhan untuk memohon ampun, setiap kali kita bersalah kepadaNya? Gereja dan kunci kerajaan surga tetap dipercayakan kepada Petrus karena dia mau belajar dari kesalahan masa lalunya. Kalau kitapun mau datang kepada Tuhan, apapun salah dan dosa kita, kita pasti akan diampuni dan tetap diakui sebagai putra dan putridNya. Semoga teladan Santo Petrus ini sungguh-sungguh menguatkan kita untuk tetap dan semakin setia mengikuti Yesus, Tuhan kita. Amin.