Renungan Hari Minggu Biasa XIX – Tahun A – 7 Agustus 2011
1 Raj 19,9a.11-13a; Rm 9,1-5; Mat 14:22-33
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
"Nothing to worry“ Demikianlah ucap salah seorang petinggi Bank Indonesia saat menanggapi anjloknya pasar saham regional dan global yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Ketika hampir semua Negara di dunia mencemaskan jatuhnya pasar saham akibat sentimen negatif dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan krisis utang negara-negara Eropa, kata-kata “nothing to worry” dari orang (Bank Indonesia) yang bertanggung jawab untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di negara kita, mungkin bisa menjadi ‘obat penenang’ bagi para investor dan pelaku usaha. Keyakinan di atas bukannya diucapkan tanpa dasar. Mata uang rupiah yang masih cenderung menguat dan cadangan devisa nasional yang cukup banyak (122 miliar dollar AS), di satu sisi, dan aliran dana asing yang diprediksi masih akan tetap membanjiri Indonesia, di sisi lain, adalah alasan untuk tidak cemas.
“Nothing to worry” Kata-kata ini mungkin mirip dengan apa yang disampaikan Yesus kepada para muridNya yang berteriak ketakutan ketika melihatNya berjalan di atas air. “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Ketika perahu Petrus dan teman-temannya diombang-ambingkan gelombang di tengah danau, datanglah Yesus menghampiri mereka. Melihat Yesus yang berjalan di atas air, spontan para murid berteriak ketakutan. Ketakutan para murid bukannya tanpa alasan: Siapakah (manusia) yang punya kemampuan berjalan di atas air (selain hantu?) Yesus yang memahami kecemasan para murid, mencoba menenangkan mereka. “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Dia bahkan mengundang Petrus untuk juga berjalan di atas air. Namun karena ketakutan dan kecemasan Petrus, dia hampir tenggelam. Untunglah, Yesus ada di sana dan menyelamatkannya.
Cerita ini mau mengajarkan kita (gereja) untuk tidak perlu takut dan cemas. Yesus selalu ada dan akan datang untuk menyelamatkan kita pada saat yang tepat. Para murid yang berada di tengah danau yang bergelora adalah gambaran gereja yang berada di tengah dunia. Sama seperti perahu para murid yang kehilangan arah karena diterpa gelombang dasyat, demikian juga kehidupan gereja.
Sejarah menunjukkan bahwa dalam perjalanan panjangnya menyusuri waktu, gereja acapkali menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan, baik dari dalam maupun dari luar gereja: Kehidupan iman umat yang bobrok, para pemimpin yang lebih peduli pada kepentingan dirinya daripada kepentingan umat, adanya pertentangan, perselisihan dan permusuhan yang berujung pada perpecahan adalah sebagian dari begitu banyak persoalan yang dihadapi gereja. Menghadapi semua itu kita tidak perlu kuatir dan cemas karena kita yakin bahwa Tuhan tidak pernah jauh dari kita. Dia ada bersama-sama kita dan akan datang untuk menyelamatkan kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah membuka mata dan hati kita untuk melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam berbagai tanda (bahkan kecil sekalipun) dan membiarkan Dia membantu kita mengatasi berbagai persoalan yang dialami. Yesus tidak pernah membiarkan gerejaNya berjuangan sendirian. Ia selalu dekat dan menyertai kita. Justru di dalam kesulitan, kita punya peluang untuk bertemu dan mengalami bagaiman Ia menuntun hidup kita.
Sama seperti si pejabat dalam ilustrasi di atas yang punya alasan untuk menenangkan para investor dan pelaku usaha di tanah air kita, demikian juga Yesus. Ia adalah Putera Allah, yang diutus untuk menyelamatkan manusia. Sebagai Putera Allah, Ia berkuasa atas segala-galanya, termasuk berjalan di atas air. „Tenanglah! Aku ini, jangan takut!“ Inilah yang menenangkan hati para murid dan menyelamatkan Petrus dari bahaya kematian.
Kitapun akan diselamatkan, bila percaya dan menyerahkan seluruh hidup kita di dalam perlindungan Tuhan.
Comments
Post a Comment