5 Agustus lalu, Anda mungkin sudah menyaksikan TV Commercial (TVC) produk kecantikan Citra yang terbaru. Jika Anda perhatikan, TVC Citra yang baru ini berbeda dari TVC-TVC keluaran Citra yang sudah ada. Konsep TVC-nya sungguh kuat, yaitu menampilkan kecantikan jiwa dan raga dari perempuan Indonesia, berikut tradisi dan nilai-nilai budayanya. Gambar-gambarnya sungguh cantik dan mampu memperlihatkan perempuan Indonesia yang sebenar-benarnya.
TVC ini berawal dari gagasan PT Unilever Indonesia melalui produk Citra yang ternyata klop dengan Edward Hutabarat, yang selama ini punya keinginan untuk menangkap sosok perempuan Indonesia di balik layar (backstage). Selama ini, menurut perancang yang banyak melibatkan perajin dari berbagai daerah dalam karya-karyanya ini, sosok perempuan Indonesia yang sering ditampilkan dalam banyak media adalah perempuan "front stage", yang bertugas untuk memperkenalkan tradisi dan budaya Indonesia.
"Tetapi tidak ada orang yang tahu bagaimana sebenarnya segala produk budaya Indonesia itu diciptakan. Bagaimana batik itu diciptakan, bagaimana para perempuan penenun itu menenun sambil berdendang, bagaimana seorang penari topeng melakukan puasa 40 hari sebelum tampil dan hanya makan cabai. Itulah yang dilakukan para perempuan 'backstage'," papar Edo dalam acara peluncuran TVC Citra ini di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (14/8).
Gagasan dari Edo dan Citra kemudian digarap keroyokan oleh tiga sutradara, yaitu Jay Subiyakto, John Suryaatmaja, dan Davy Linggar. Mereka berusaha menangkap lebih banyak potensi perempuan Indonesia di daerah yang belum digali, seperti perempuan di daerah Solo, Pekalongan, Waingapu, dan Bali. Perempuan-perempuan yang disorot ini antara lain adalah penenun Sumba, sinden pertunjukan wayang orang, pembuat kue, pembatik, peronce melati, dan penyaji sajen. Dalam TVC akan terlihat bagaimana kesederhanaan hidup yang mereka jalani sebenarnya tersirat kehidupan yang kompleks dan peran ganda mereka sebagai perempuan. Tergambarkan juga bagaimana budaya dan tradisi masih sangat berperan dalam kehidupan mereka.
Keunikan lain TVC ini adalah pada proses pembuatannya. Para pemain yang tampil dalam TVC tidak pernah mengetahui bahwa mereka tengah direkam untuk produk TVC (kecuali Titi Syuman, model yang menjadi benang merah dalam TVC ini). "Semua berjalan sangat natural. Saya enggak mau ada lighting, jadi semua syuting dilakukan pagi hari. Saya juga enggak mau ada set builder. Semua talent langsung kami rekam saat kami menemuinya, termasuk anak-anak kecil yang ada di situ. Enggak ada tuh, yang bilang 'Action!' lalu mulai merekam gambar," ujar Jay Subiyakto.
Ketiga sutradara ini juga bertindak sebagai kamerawan, dan merekam serentak. Mereka menggunakan kamera digital SLR sederhana dengan kemampuan menangkap audio dan visual. Masa syuting hanya berlangsung 11 hari, dengan total kru sebanyak 16 orang, yang semuanya merupakan pekerja kreatif Indonesia.
"Saya paling sedih kalau ada orang melihat sebuah karya, dan langsung mengatakan, 'Pasti ini bikinan orang asing!'. Bahkan orang Indonesia sendiri tidak percaya bahwa pekerja Indonesia juga mampu membuat karya yang berkualitas. Kalau bangsa ini diberi kesempatan, kita pasti bisa memberikan yang terbaik," pungkas Jay Subiyakto.
Comments
Post a Comment