Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekilas Tentang Pulau Timor Di Nusa Tenggara Timur

 
Timor memang masuk dalam daerah terselatan di indonesia. Namun, wilayah terselatan bukan dipegang oleh pulau ini. Pulau Rote yang terletak di bawah pulau ini (atau justru sebuah pulau kecil di bawah Pulau Rote adalah yang memegang rekor titik terselatan dari Indonesia) adalah daerah terselatan di Indonesia. Walaupun demikian, mari kita coba melupakanlah perihal selatan atau kurang selatannya pulau ini. Kita tengok dan lihat seperti apakah pulau ini.
Secara umum, pulau ini terbagi menjadi 3 kawasan, yakni Timor Barat yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur, Timor Timur (eks-propinsi ke 27 Indonesia) yang sekarang menjadi Negara Timor Leste, dan sebuah Enclave kecil di bagian timur laut Timor Barat yang bernama Ambeno yang dikuasai oleh Timor Leste. Kondisi tanah Pulau Timor dan Nusa Tenggara secara umum adalah ‘arid’. Kondisi ini secara umum dapat dikatakan sebagai kondisi yang panas dan kering seperti gurun atau semi gurun. Curah hujan yang turun di wilayah arid ini kurang dari 25 cm per tahun. Kondisi seperti ini me 
nimbulkan kondisi alam yang dapat dikatakan ‘kurang subur’ dan bentangan alam yang biasa terlihat adalah sabana atau stepa. Begitu anda menginjakkan kaki pertama kali, anda akan memahami apa itu sabana atau stepa. Indah sekaligus unik di bentangan alam ini. Stepa adalah padang rumput atau sekedar tanah gurun tertutup rumput sementara sabana adalah padang rumput yang ‘lebih kaya’. Lebih kaya disini memiliki makna bahwa stepa tersebut juga ditumbuhi oleh semak-semak, hingga sejumlah pepohonan yang biasanya sendiri atau bergerombol. Pada saat musim penghujan atau banyak musim badai tropis di selatan (Timor terletak hingga Lintang Selatan 11° sehingga berpotensi terkena gangguan badai tropis ataupun topan), alam di Timor justru sangat indah sebab rerumputan yang tadinya meranggas kecoklatan, bisa kembali menghijau segar bersemi. Sementara itu, pada puncak musim kemarau yakni Oktober-November, kebanyakan pemandangan yang terlihat hanyalah rumput gersang kecoklatan dengan suhu harian 34°C. Di musim penghujan seperti ini, kita dapat melihat sungai yang mengalir walaupun airnya tidak seberapa. Pada musim penghujan seperti ini, a 
da beberapa tempat justru dilanda banjir karena daerah resapan tidak dapat menyerap air dengan baik. Sementara itu, pada musim kemarau, kekeringan hebat bisa melanda kawasan ini hingga sungainya kering dan dapat digunakan sebagai lokasi penambangan pasir. Berbeda wajah dengan wilayah timur, wilayah barat hanya dialiri sejumlah sungai. Sementara itu, Timor Leste sudah tampak seperti pulau sungai karena banyak sekali percabangan sungai yang menembus wilayah tersebut. Karena kondisi tanah dan pengairan yang seperti ini, maka tanah Timor dapat dikatakan tandus dan tanaman yang umum ditemui disini adalah cendana (sandalwood) sebagai identitas Timor, bambu, lontar (bawaan dari Rote), dan kayu putih. Kegiatan pertanian juga bukan yang menjadi kegiatan utama di pulau ini. Perladangan jagung adalah kegiatan utama dengan jagung sebagai makanan pokok orang Timor.
Puncak tertinggi pulau ini ada di kawasan timur yakni Gunung Tata Mailau (2950 meter). Sementara itu, puncak tertinggi di kawasan barat berada di Gunung Mutis. Secara umum, karakteristik pulau ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Namun demikian, cincin api tidak melalui pulau ini sehingga pulau ini cukup aman dari permasalahan gunung meletus. Pada daerah  
Timor Tengah, terdapat dataran tinggi Timor yang berada pada ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut. Jalan di daerah ini berkelok-kelok menukik dan menanjak serta miring mengikuti kontur bukit yang dilaluinya. Di daerah ini, hidup orang asli Timor Barat yakni Suku Atoni yang kebanyakan bermukim di Kefa Menanu dan So’E serta daerah-daerah di sekitarnya. Sementara itu, di belahan timur sana dari Tutuala hingga Atambua, daerah Belu, penduduk asli yang tinggal bernama Suku Tetum. Bahasa yang dipergunakan bervariasi, mulai dari bahasa Portugis di belahan timur sana, Bahasa Indonesia, bahasa Tetum-Porto (Tetum yang bercampur dengan Portugis, digunakan di sebagian besar Timor Leste), bahasa Tetum-Terik (Tetum yang dipergunakan di wilayah Belu), dan bahasa Dawan (Bahasa orang Atoni). Bahasa-bahasa ini kemudian dipergunakan dan bercampur kembali dengan faktor-faktor lokal sehingga dari sejumlah bahasa ini, dihasilkan sejumlah bahasa dan dialek baru. Menariknya, sesama orang Timor, walaupun tidak dapat berbicara bahasa lawan bicaranya, namun mereka dapat mengerti apa yang lawan bicaranya tersebut katakan. Secara umum juga dapat dikatakan, wilayah Timor Barat didominasi oleh Kristen Protestan (karena pengaruh penjajahan Belanda) dan Timor Leste didominasi oleh Kristen Katolik Roma (karena pengaruh penjajahan Portugis). Di beberapa tempat, seperti di Ambeno dan Kefa Menanu, dominasi Kristen Katolik Roma juga lebih terasa karena pengaruh ke-Portugis-an itu tadi. Namun, seperti layaknya Indonesia pada umumnya, kepercayaan tradisional animisme banyak berkembang disini. Di beberapa tempat, asimilasi animisme dengan kristen atau bahkan animisme murni masih ada. Kota terbesar di pulau ini antara lain Kupang, Atambua dan Dili. Sayang sekali, karena Dili dan Timor Leste sudah lepas dari Indonesia per Agustus 1999, maka kunjungan ke Timor Leste tidaklah semudah apabila Timor Leste masih menjadi Timor Timur. Anda perlu menyediakan passport dan visa untuk sampai ke Timor Leste, walaupun bus dari Atambua biasanya mampu untuk mencapai Motoain (perbatasan) dan kemudian lanjut ke Dili.

Sumber nya dari sini