* Kalau si kecil tidak mau dibawa ke salon atau ke tukang cukur, potong saja rambutnya di rumah. Ayah atau ibu boleh menjajal keterampilan menjadi hair dresser. Syukur-syukur punya kenalan tukang cukur atau pegawai salon yang ramah anak dan mau dipanggil ke rumah. Biasanya anak lebih mudah diajak bekerja sama dalam lingkungan yang akrab.
* Beri contoh. Jadilah model bagi si batita sebelum rambutnya dipotong. Setelah tahu bahwa potong rambut tidak menyakitkan, tentu rasa takutnya akan berkurang.
* Jelaskan, rambut akan tumbuh dan panjang kembali setelah dipotong. Banyak anak khawatir, rambutnya tak bisa tumbuh lagi setelah dipotong.
* Katakan pada anak bahwa ia adalah raja atau ratu yang boleh duduk di singgasana. Letakkan kursi yang sudah dihias dengan sprei dan mainannya agar terlihat indah di pekarangan. Maksudnya agar anak bisa menikmati pemandangan dan tidak terlalu berkonsentrasi pada rambutnya. Kamar mandi bisa juga disulap menjadi salon yang menyenangkan. Ciptakan peran yang lain lagi sesuai setting kamar mandi.
* Lalu, lilitkan handuk kecil atau kain pada lehernya. Ibaratkan itu jubah raja/ratu yang megah. Namun, jangan paksa anak jika tidak mau memakainya.
* Usahakan agar proses memotong rambut dilakukan dalam sekejap. Rambut yang menempel di wajahnya akan membuatnya gatal. "Jubah" yang menyelubungi lehernya juga akan membuat gerah. Anak jadi tidak betah.
* Cari waktu tepat. Jangan sekali-kali memotong rambut anak kala sedang marah, rewel, lapar, atau lelah. Alih-alih mau rambutnya dipotong, ia justru akan memberontak.
* Jika orangtua tetap berniat membawa si kecil ke salon, pilihlah salon yang ramah anak. Petugasnya harus paham perilaku anak batita dan suasana salonnya harus membuat si kecil betah.
Comments
Post a Comment