Renungan Mingguan Hari Minggu Biasa XX, Minggu, 16 Agustus 2009.
Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58
Oleh: P. Victor Bani, SVD
Kepada para pendengar-Nya, dalam bacaan injil hari ini, Yesus bersabda: „Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.“
Dalam Injil Yohanes, „daging“ dipakai untuk membicarakan manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan, tanpa mengikutsertakan sisi-sisi jahatnya. Dalam pembukaan injil Yohanes, dikatakan, Sang Sabda menjadi „daging“ (Yoh 1,14), artinya: Yang Ilahi itu mendatangi dunia dalam wujud manusia biasa, bahkan rapuh. Hanya dengan cara demikian Ia dapat sungguh merasakan kuatnya kuasa yang jahat walaupun Ia sendiri tidak kalah dan menjadi bagian dari kuasa itu. Ia menunjukkan bahwa manusia tidak seluruhnya dapat dikuasai yang jahat. Dengan demikian Ia dapat menjadi tumpuan harapan orang banyak. Siapa saja yang kemudian mengikuti-Nya dan bersatu dengan Dia akan selamat dan mencapai hidup kekal.
Lalu, bagaimana dengan “darah”? Dalam pemikiran orang-orang Yahudi pada jaman Yesus, “darah” biasa dipakai untuk menyebut tempat nyawa. Di situlah letak kehidupan. Dengan menyerahkan nyawa-Nya – darah-Nya – bagi orang banyak, Yesus berbagi kehidupan dengan orang banyak pula.
Hidup Yesus berakhir pada kayu salib. Wafatnya menjadi kurban bagi penebusan orang banyak. “Daging” (kerapuhan manusia) dan “darah” (kehidupan) yang menjadi kenampakan Sabda Ilahi itu menjadi jalan penyelamatan. Bergabung dengan-Nya berarti menempuh jalan itu. Inilah yang kemudian dibahasakan dengan siapa saja yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan mengambil bagian dalam hidup kekal. Tetapi orang-orang tidak menangkap dan saling mempertengkarkan bagaimana Dia bisa memberikan daging-Nya untuk dimakan dan darah-Nya untuk diminum (ay.52).
Pertanyaannya: Apa yang hendak disampaikan Yesus? Bukan hanya roti yang mengenyangkan secara badaniah dan membuat orang melihat Yesus sebagai “nabi” (Yoh 6:14) yang patut diangkat menjadi pemimpin, bahkan raja (Yoh 6:15). Tetapi Yesus mengajak orang agar melihat bahwa yang memberi makanan dari langit itu ialah Bapa-Nya. Lebih lanjut lagi, sekarang ini diri-Nyalah roti yang turun dari surga itu. Menerima Dia dan mempercayai-Nya, akan membuat mereka mendapatkan Roti yang memberi hidup (Yoh 6,32-40).Yesus adalah pemberian dari surga yang membawakan hidup ke dunia.
Comments
Post a Comment