TOLAK KOMODO di Pindahkan ke BALI - DO NOT MOVE KOMODO DRAGO

MASYARAKAT Nusa Tenggara Timur (NTT) dari berbagai kalangan menolak rencana pemindahan lima pasang (10 ekor) komodo (Varanus commodoensis) dari habitat aslinya ke Pulau Bali. Habitat asli komodo ada di Taman Nasional Komodo yang meliputi Pulau Komodo, Rinca, dan Padar plus pulau-pulau lain seluas 1.817 persegi di Kabupaten Manggarai Barat

Rencana pemindahan tersebut atas inisiatif Menhut MS Kaban dengan mengeluarkan surat keputusan (SK) No.384/Menhut- II-2009 meminta kepada Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTT untuk menangkap 10 ekor komodo di kawasan konservasi Wae Wuul, Manggarai Barat, untuk dipindahkan ke taman safari Pulau Bali. Menurut Kaban, tujuan pemindahan tersebut untuk menghindari kepunahan genetik hewan purba tersebut.

Namun masyarakat NTT yang berada di NTT maupun di berbagai belahan dunia menentang rencana tersebut. Penolakan tersebut menjadi diskusi hangat di milis NTT Academia maupun di facebook. Ratusan komentar yang masuk ke petisi tersebut, semuanya menolak pemindahan komodo ke Bali.

Pemerintah Provinsi NTT dan kalangan wakil rakyat juga menolak rencana itu. “Kami keberatan dengan rencana pemindahan sebanyak 10 komodo ke Bali,” kata Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT), Ans Takalapeta mengharapkan agar pemurnian genetika komodo sebaiknya dilakukan di habibatnya, yakni di Pulau Komodo. “Rekomendasi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar proses pemurnian genetika biawak raksasa komodo itu harus dilakukan di Taman Safari Denpasar, Bali, adalah sesuatu yang tidak masuk akal,” katanya.

Penolakan serupa dilontarkan anggota Komisi X DPR, Cyprianus Aoer dari Fraksi PDI-P. “SK Menteri Kehutanan itu harus dicabut. Keputusan dari pemerintah pusat ini malah menunjukkan bukti bahwa pemerintah pusat bertindak otoriter dan tak mempertimbangkan kepentingan lokal sebagai satu daya tarik dari masyarakat luar,” kata Cyprianus Aoer.

Sebuah petisi menolak pemindahan komodo di Facebook yang baru dibuka Kamis (23/7/2009), langsung mendapat dukungan dari 938 orang dalam tempo sehari. Petisi tersebut diprakarsai oleh anggota Forum Academia NTT. Para pendukung petisi tersebut menegaskan bahwa komodo tidak boleh dipindahkan dari habitat aslinya di Taman Nasional Komodo. Seorang komentator bahkan menulis, “Andai komodo bisa bicara,dia pasti akan menentukan sendiri di mana dia akan hidup.”

Komentator lainnya menyatakan, “Sudah saatnya Pemprov NTT buka mata untuk lihat potensi yang ada di wilayah provinsi kita. Komodo satu-satunya binatang purba yang masih bertahan sampai zaman modern. Dan binatang purba tersebut habitatnya ada di wil NTT tercinta. Kita patut bangga akan hal itu. Janganlah dipindah-pindahkan ke manapun! Di samping itu, komodo merupakan “aset” yang tak ternilai! Jangan sampai dilepaskan ke tangan daerah lain! Semuanya katakan TIDAK untuk tawaran pemindahan komodo ke Bali! Sekali TOLAK tetap TOLAK!”

Ada juga komentar berbunyi, “Biarkan semuanya seperti adanya, di tempatnya. Setiap tempat di Indonesia mempunyai daya tarik masing-masing, Biarkanlah komodo menjadi identitas NTT. Kita kan satu kesatuan NKRI, kenapa suka ribut-ribut buat perkara yang seharusnya tidak ada. Kewajiban WNI menjaga melestarikan serta buat dunia takjub akan komodo.”

Pemindahan komodo ke Bali, meskipun hanya 10 ekor, adalah sebuah rencana konyol. Alasan pemurnian genetik tidak bisa diterima. Jika memang pemerintah hendak melakukan pemurnian genetik, justru akan lebih baik bila dilakukan di habitat aslinya. Dengan demikian hewan purba tersebut tidak perlu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru dan asing baginya.

Selain itu, dari sisi pariwisata, pemindahan komodo akan merugikan NTT. Komodo sebagai satu-satunya hewan purba yang masih tersisa di bumi dan hanya berada di NTT, adalah potensi wisata yang luar biasa. Tentu akan lebih bijak bila potensi itu dikembangkan optimal demi kesejahteraan masyarakat NTT yang masih tertinggal dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Selain itu, kalangan akademisi, cerdik cendekia asal NTT yang berada di berbagai belahan dunia, melalui Forum Academia NTT, secara tegas menolak rencana Menhut MS Kaban. Bahkan ada kecurigaan beberapa cerdik cendekia bahwa ada maksud terselubung di balik pemindahan komodo ke Bali. Sebab, di sekitar lokasi Taman Nasional Komodo, persisnya di Batu Gosok, Manggarai Barat, akan ada penambangan emas. Sehingga pemindahan satwa langka tersebut merupakan upaya melempangkan jalan bagi rencana penambangan itu.

Selain itu, Pulau Komodo termasuk 28 finalis tujuh keajaiban dunia baru atau New7Wonders of Nature. Pulau Komodo merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang lolos sebagai finalis yang rencananya akan diumumkan pada tahun 2011 mendatang. Dengan berbagai penolakan dari masyarakat, bahkan pemerintah dan wakil rakyat, masihkah Menhut MS Kaban yang terhormat itu ngotot dengan pendiriannya?

Jika MS Kaban ngotot pada rencananya, sebaiknya presiden segera memberhentikannya dan digantikan dengan orang lain yang lebih peduli pada lingkungan. Karena sikap Menhut MS Kaban justru bertolak belakang dengan rekannya sesama menteri, yakni Menteri Pariwisata Jero Wacik. Justru Departemen Pariwisata sedang menggeber promosi agar Pulau Komodo terpilih sebagai satu di antara tujuh keajaiban dunia. Bahkan kini Pulau Komodo sudah berada di peringkat empat besar dari 28 finalis.

Menurut Ketua New7Wonders, Bernard Weber, kampanye tujuh keajaiban dunia merupakan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat di seluruh dunia mengenai alam. Kampanye tujuh keajaiban dunia juga didedikasikan untuk generasi di masa depan. “Jika kita ingin anak-anak kita menjaga kelestarian alam, kita harus memberi contoh pada mereka,”ujarnya.