Kata orang, biji sesawi itu bentuknya kecil. Diameternya kurang lebih
1 milimeter. Lebih kecil dari banyak biji lainnya. Bahkan mungkin yang
paling kecil dari segala jenis benih yang ada di muka bumi. Akan tetapi,
biarpun kecil, bila ditaburkan, ia akan tumbuh dan menjadi lebih besar
dari pada segala sayuran lainnya. Lebih dari itu, setelah ditanam, dari
biji yang kecil itu akan tumbuh cabang-cabang yang besar sehingga
burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.
Cerita tentang biji sesawi ini mengingatkan saya akan kata-kata salah
seorang misionaris Belanda yang pernah bekerja di tempat lahir saya,
Pulau Timor, beberapa puluh tahun lalu. Ketika itu saya bertanya,
mengapa dia mau meninggalkan tanah airnya, berlayar begitu jauh untuk
mewartakan Injil, padahal belum tentu pewartaannya menghasilkan
pertobatan. Jawabannya cukup menenangkan: ”Bekerja di sini jangan harap
akan melihat hasil kerjamu. Butuh waktu 100 tahun untuk melihat hasil
kerja sekarang.”
Kerajaan
Allah itu, kata Yesus, seumpama biji sesawi. Meskipun kecil, bila
ditanam, ia akan tumbuh menjadi yang paling besar di antara semua
tanaman. Namun, untuk bisa melihat seberapa besar pohon sesawi itu,
diperlukan proses yang lama dan dibutuhkan kesabaran yang panjang.
Pertama-tama, benihnya mesti ditanam. Sebelum ditanam, tanahnya mesti
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu, benih mesti dirawat, disiram,
diberi pupuk, rumput di sekitar tanaman itu mesti disiangi, dan lain
sebagainya. Bila semua proses itu dilakukan dengan baik, hasilnya akan
sungguh luar biasa. Dari biji yang kecil akan dihasilkan pohon yang
besar.
Demikian juga dengan pewartaan Kerajaan Allah. Untuk melihat
keberhasilan kerja seorang misionaris, dibutuhkan proses dan waktu yang
sangat lama. Perlu usaha yang terus menerus dan kesabaran untuk
mengingatkan mereka yang telah menerima pewartaan itu supaya hidup
seturut apa yang mereka imani. Juga, dibutuhkan lingkungan yang baik
agar iman tersebut dapat berkembang. Untuk itu, sekali lagi, dibutuhkan
kesabaran dan ketekunan.
Apakah kita cukup sabar dan tekun mewartakan Injil Kerajaan Allah?