SERPONG – Ratusan warga perumahan Giri Loka 1 Bumi Serpong Damai (BSD) keberatan dengan pembangunan gedung dan mega tower telkomsel BSD. Bangunan setinggi 72 meter tersebut memiliki frekuensi bandwith 300 MHz hingga 3 GHz yang menimbulkan radiasi tinggi dan warga mencemaskan kondis itu. “Itu membahayakan kesehatan warga,” kata Ketua RW 01, Soehandoyo kepada Republika, Rabu (18/5) malam.
Gedung dan menara PT Telekomunikasi Selluler (Telkomsel) dibangun di atas tanah seluas 6.171 meter persegi. Lokasinya di Jalan Lengkong Nomor 1, Kavling Komersial BSD, Kelurahan Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Rinciannya berupa tiga bangunan bertingkat, gedung grapari empat lantai, gedung telkomsel tower sembilan lantai, dan gedung peralatan dan genzet dua lantai.
Proyek PT Telkomsel tersebut sejak lama menuai protes warga. Seorang warga, Darsono menceritakan, awalnya pada 2009 PT Telkomsel membangun gedung grapari cabang telkomsel di BSD. Warga menolak pembangunan tersebut dan berhasil dihentikan.
Pada 2010 di lokasi yang sama tiba-tiba dilakukan pembangunan gedung dan menara baru setinggi 72 meter. Saat itu warga dan pemerintah melalui BP2T beberapa kali melakukan mediasi. Namun belum bisa memberikan keputusan yang tegas, karena pemerintahan Tangsel masa itu belum defenitif.
Namun ironisnya, tutur Darsono, Pemkot Tangsel memberikan kemudahan-kemudahan untuk pembangunan gedung kedua tersebut. “BP2T malah mengeluarkan izin mendirikan bangunan,” katanya. Pemerintah mengeluarkan IMB setelah dilakukan kajian AMDAL. Pada Januari 2011, beberapa perwakilan warga perumahan elite tersebut, termasuk Darsono, diundang mendengarkan paparan kajian perusahaan.
Warga menemukan indikasi kecurangan PT Telkomsel dalam dokumen evaluasi lingkungan hidup pembangunan gedung perkantoran Telkomsel BSD. Rencana tapak bangunan yang dilampirkan Telkomsel dengan lampiran aslinya dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangsel ternyata tidak sama. Perbedaannya seperti luas bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisian lantai bangunan, dan sebagainya.
“Jika proyek ini benar, mengapa isinya dimanipulasi?” kata Darsono. Pria yang rumahnya paling dekat dengan lokasi menara tower tersebut mengatakan anggaran pembangunan mega tower telkomsel mencapai 27 triliun rupiah.
Hingga Mei 2011 ini belum ada sosialisasi lanjutan, sedangkan pembangunan mega tower terus berjalan. “Pembangunan gedung grapari sudah 80 persen, sedangkan mega tower 60 persen,” jelas Darsono.
Gedung dan menara PT Telekomunikasi Selluler (Telkomsel) dibangun di atas tanah seluas 6.171 meter persegi. Lokasinya di Jalan Lengkong Nomor 1, Kavling Komersial BSD, Kelurahan Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Rinciannya berupa tiga bangunan bertingkat, gedung grapari empat lantai, gedung telkomsel tower sembilan lantai, dan gedung peralatan dan genzet dua lantai.
Proyek PT Telkomsel tersebut sejak lama menuai protes warga. Seorang warga, Darsono menceritakan, awalnya pada 2009 PT Telkomsel membangun gedung grapari cabang telkomsel di BSD. Warga menolak pembangunan tersebut dan berhasil dihentikan.
Pada 2010 di lokasi yang sama tiba-tiba dilakukan pembangunan gedung dan menara baru setinggi 72 meter. Saat itu warga dan pemerintah melalui BP2T beberapa kali melakukan mediasi. Namun belum bisa memberikan keputusan yang tegas, karena pemerintahan Tangsel masa itu belum defenitif.
Namun ironisnya, tutur Darsono, Pemkot Tangsel memberikan kemudahan-kemudahan untuk pembangunan gedung kedua tersebut. “BP2T malah mengeluarkan izin mendirikan bangunan,” katanya. Pemerintah mengeluarkan IMB setelah dilakukan kajian AMDAL. Pada Januari 2011, beberapa perwakilan warga perumahan elite tersebut, termasuk Darsono, diundang mendengarkan paparan kajian perusahaan.
Warga menemukan indikasi kecurangan PT Telkomsel dalam dokumen evaluasi lingkungan hidup pembangunan gedung perkantoran Telkomsel BSD. Rencana tapak bangunan yang dilampirkan Telkomsel dengan lampiran aslinya dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Tangsel ternyata tidak sama. Perbedaannya seperti luas bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisian lantai bangunan, dan sebagainya.
“Jika proyek ini benar, mengapa isinya dimanipulasi?” kata Darsono. Pria yang rumahnya paling dekat dengan lokasi menara tower tersebut mengatakan anggaran pembangunan mega tower telkomsel mencapai 27 triliun rupiah.
Hingga Mei 2011 ini belum ada sosialisasi lanjutan, sedangkan pembangunan mega tower terus berjalan. “Pembangunan gedung grapari sudah 80 persen, sedangkan mega tower 60 persen,” jelas Darsono.
Comments
Post a Comment