Hampir tak masuk akal
Kutemui dia hanya sekali
Di balik gunung itu
Cuma sekali,
Namun rasa suka dan seterusnya
Tak bisa kubendung
Gunung itu,
Menurut adat setempat
Hanya boleh diseberangi pergi dan kembali sekali saja
Ya aku telah melintasinya
Sekali itu
Di mana kami bersua
Sayang
Tatkala itu
Tak bisa segera kunyatakan rasaku padanya
Dia pun begitu
Waktu terlampau cepat berlalu
Serasa cuma sesaat
Tanpa rasa tercurah
Tiada hasrat tertumpah
Waktu membatasi kami
Aku kembali ke tempatku
Ia tetap di pediamannya
Ya di balik gunung itu
Kini,
Gunung itu tahu
Apa rasa antara kami
Namun
Aku tidak boleh melintasi gunung itu untuk kali yang kedua!
Siapa hendak menyampaikan rasa ini
Kepada dia di balik sana?
Haruskah aku melawan dan melintasi kedua kalinya gunung ini?
Oh, gunung ini begitu dasyat.
Setiap aku memandang dia, dia selalu berkata:
Akan kutelan kau bulat-bulat
Karena sudah takdir bahwa dia di sana
Bukan untukmu
Dan aku pun sudah mematahkan niatnya mengharapkanmu.
Kecuali kalau satu hal kalian berdua penuhi:
Jangan melintasiku
Namun mendaki ke puncakku
Dan aku akan mempertemukan kamu di sini.
Aku terhenyak.
Bukankah gunung besar ini gunung batu?
Terjal?
Jurang nan dalam
Tebing nan terjal
Penuh duri...
Belum pernah seorang pun mencapai puncaknya.
Kutidur sekarang
Semoga lewat mimpi kutemukan jalannya ke sana
Untuk kusunting dia untukku
Dan untuk memenuhi hasratnya pula.
Gunung, tolong persatukan kami.
Kutemui dia hanya sekali
Di balik gunung itu
Cuma sekali,
Namun rasa suka dan seterusnya
Tak bisa kubendung
Gunung itu,
Menurut adat setempat
Hanya boleh diseberangi pergi dan kembali sekali saja
Ya aku telah melintasinya
Sekali itu
Di mana kami bersua
Sayang
Tatkala itu
Tak bisa segera kunyatakan rasaku padanya
Dia pun begitu
Waktu terlampau cepat berlalu
Serasa cuma sesaat
Tanpa rasa tercurah
Tiada hasrat tertumpah
Waktu membatasi kami
Aku kembali ke tempatku
Ia tetap di pediamannya
Ya di balik gunung itu
Kini,
Gunung itu tahu
Apa rasa antara kami
Namun
Aku tidak boleh melintasi gunung itu untuk kali yang kedua!
Siapa hendak menyampaikan rasa ini
Kepada dia di balik sana?
Haruskah aku melawan dan melintasi kedua kalinya gunung ini?
Oh, gunung ini begitu dasyat.
Setiap aku memandang dia, dia selalu berkata:
Akan kutelan kau bulat-bulat
Karena sudah takdir bahwa dia di sana
Bukan untukmu
Dan aku pun sudah mematahkan niatnya mengharapkanmu.
Kecuali kalau satu hal kalian berdua penuhi:
Jangan melintasiku
Namun mendaki ke puncakku
Dan aku akan mempertemukan kamu di sini.
Aku terhenyak.
Bukankah gunung besar ini gunung batu?
Terjal?
Jurang nan dalam
Tebing nan terjal
Penuh duri...
Belum pernah seorang pun mencapai puncaknya.
Kutidur sekarang
Semoga lewat mimpi kutemukan jalannya ke sana
Untuk kusunting dia untukku
Dan untuk memenuhi hasratnya pula.
Gunung, tolong persatukan kami.
Comments
Post a Comment